Selama ini banyak sekali orang-orang salah dalam menafsirkan kebebasan sastra. Sebagian dari mereka menganggap bahwa sastra itu merupakan rasa kebebasan tanpa suatu ikatan, seniman seakan-akan tidak terikat dan tidak mau terikat pada semua hal. Baik yang menyangkut masalah penampilan yang nantinya merupakan ciri khas maupun pemikiran-pemikiran yang menghasilkan karya yang nantinya disebut suatu karya seni.
Bahkan, sebagian pengarang atau pencipta sastra menganggap dengan menambahkan unsur kevulgaran atau sifat arogan terhadap sesuatu akan membuat karya yang dihasilkan menjadi maksimal. Sehingga, tidak jarang banyak orang juga mengatasnamakan pornografi sebagai suatu bentuk seni bersastra tinggi karena merupakan suatu bentuk ekspresi jiwa yang bebas tanpa suatu ikatan.
Namun, bukan seperti itu yang dimaksud dengan kebebasan sastra. Tidak harus menambahkan unsur-unsur kevulgaran ataupun kearoganan baru karya yang dihasilkan dikatakan merupakan karya seni yang bernilai tinggi, yang pada akhirnya menganggap sesuatu yang tidak semestinya bagian dari sastra dinamakan sebagai suatu bentuk ekspresi jiwa seni.
Bebas dalam sastra berarti bebas berekspresi tanpa adanya suatu rantai yang mengikat pemikiran-pemikiran sebagai wujud ekspresi jiwa atas naluri keindahan. Perasaan seni atau sastra seseorang muncul tanpa diduga maupun diinginkan. Hal tersebut merupakan wujud dari salah satu kemampuan seseorang dalam menyelami dan menghayati sisi kehidupan atau kenyataan secara lebih intens dan mendalam.
Bahkan, seorang sastrawan akan mampu memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa depan melalui hasil karya yang dituliskan maupun diekspresikannya dalam karya-karya pada masa sekarang. Dalam hal ini bukan berarti seorang sastrawan dapat dikatakan merupakan atau sama dengan seorang peramal pada umumnya, melainkan kemampuan sastrawan ini merupakan hasil dari penghayatan yang mendalam terhadap sisi di balik kehidupan secara umum. Penulis sastra mereka-reka sebuah dunia kehidupan karena ia ingin memahami kehidupan dengan membangun sebuah model dan menjelaskan berbagai kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan dari sebuah model tersebut.
Jadi, Sastra Itu Bebas!!! dalam hal ekspresi jiwa terhadap kehidupan atau kenyataan yang dirasa secara mendalam dan terhadap sisi lain kehidupan secara umum. Sehingga, tak jarang seseorang yang berjiwa sastra atau seni menganggap sesuatu sebagai simbol dari kehidupan nyata yang kaya akan penafsiran-penafsiran makna berdasarkan intuisi secara mendalam, memenuhi kebutuhan akan naluri keindahan.
Bahkan, sebagian pengarang atau pencipta sastra menganggap dengan menambahkan unsur kevulgaran atau sifat arogan terhadap sesuatu akan membuat karya yang dihasilkan menjadi maksimal. Sehingga, tidak jarang banyak orang juga mengatasnamakan pornografi sebagai suatu bentuk seni bersastra tinggi karena merupakan suatu bentuk ekspresi jiwa yang bebas tanpa suatu ikatan.
Namun, bukan seperti itu yang dimaksud dengan kebebasan sastra. Tidak harus menambahkan unsur-unsur kevulgaran ataupun kearoganan baru karya yang dihasilkan dikatakan merupakan karya seni yang bernilai tinggi, yang pada akhirnya menganggap sesuatu yang tidak semestinya bagian dari sastra dinamakan sebagai suatu bentuk ekspresi jiwa seni.
Bebas dalam sastra berarti bebas berekspresi tanpa adanya suatu rantai yang mengikat pemikiran-pemikiran sebagai wujud ekspresi jiwa atas naluri keindahan. Perasaan seni atau sastra seseorang muncul tanpa diduga maupun diinginkan. Hal tersebut merupakan wujud dari salah satu kemampuan seseorang dalam menyelami dan menghayati sisi kehidupan atau kenyataan secara lebih intens dan mendalam.
Bahkan, seorang sastrawan akan mampu memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa depan melalui hasil karya yang dituliskan maupun diekspresikannya dalam karya-karya pada masa sekarang. Dalam hal ini bukan berarti seorang sastrawan dapat dikatakan merupakan atau sama dengan seorang peramal pada umumnya, melainkan kemampuan sastrawan ini merupakan hasil dari penghayatan yang mendalam terhadap sisi di balik kehidupan secara umum. Penulis sastra mereka-reka sebuah dunia kehidupan karena ia ingin memahami kehidupan dengan membangun sebuah model dan menjelaskan berbagai kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan dari sebuah model tersebut.
Jadi, Sastra Itu Bebas!!! dalam hal ekspresi jiwa terhadap kehidupan atau kenyataan yang dirasa secara mendalam dan terhadap sisi lain kehidupan secara umum. Sehingga, tak jarang seseorang yang berjiwa sastra atau seni menganggap sesuatu sebagai simbol dari kehidupan nyata yang kaya akan penafsiran-penafsiran makna berdasarkan intuisi secara mendalam, memenuhi kebutuhan akan naluri keindahan.
thanks telah kunjungi blogq. blogmu cukup bagus lah tapi lebih bagusan blogq
BalasHapuskamu memang anak sastra sejati saudara,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, na' jangan ngomong yang aneh2
BalasHapus